Get Stories: http://mawarberduri99.blogspot.com

Wednesday, July 10, 2019

MERANGKAI KISAH: SENARAI CERITA INDAH VCT BATCH 4 JATIM 79.5



Oleh: Rusdi, A. Md.

Mengalir bagai air, begitu saja tiba-tiba saya "terikat" dalam suatu wadah kreatif yang tidak disangka-sangka. Entah bagaimana ceritanya, saya terdampar, mendaftar pada Virtual Coordinator Training; VCT Batch 4 Jatim 79.5, yang membawa saya pada sebuah pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan. Rangkaian kisah ini akan terus menjadi nostalgia untuk sebuah kisah abadi di dalam kehidupan saya.

VCT B4 Jatim 79.5 adalah sebuah wadah kreatif untuk suatu inovasi dalam berbagai bidang kehidupan. Khususnya guru, yang harus memiliki visi dan misi yang tidak boleh ketinggalan jaman. Wadah kreativitas ini akan membawa para pengajar di berbagai tingkatan untuk memacu diri menjadi kreator dalam kreasi kemandirian yang berbasis digital atau internet.

Pada saat ini internet merupakan sebuah realita yang harua diapresiasi sebagai perkembangan yang berkemajuan.  Maka memanfaatkan fasilitas dan sarana yang ada di depan mata merupakan suatu keharusan. Kita wajib memberikan alternatif yang positif sesuai dengan perkembangan zaman. VCT adalah tempat yang tepat untuk kreatifitas yang tepat.

Dengan adanya tutor yang hebat kita dibimbing menjadi individu yang mandiri, kerja tepat, dan tidak mudah putus asa. Para mentor inilah yang menyebabkan sebagian teman yang semula berputus asa, termasuk juga saya, menjadi semangat kembali karena dedikasinya yang pantang menyerah. Memberikan win-win solutions yang tidak menggurui sekaligus memberikan jalan keluar yang terarah dan penuh percaya diri.

Membuat Flyer

Salah satu materi dalam VCT adalah membuat flyer. Secara teknis membuat flyer tidaklah sulit, meski tidak bisa dikatakan sangat gampang. Sesulit apapun suatu materi kalau dipelajari dan aplilasikan dengan saksama akan menghasilkan kesuksesan. Sebaliknya, semudah apapun dalam suatu materi jika tidak dipelajari dengan kesungguhan hati, komitmen yang maksimal tidak akan menuai keberhasilan.

Ada beberapa aplikasi yang dapat dijadikan sarana untuk membuat aplikasi. Seperti power poin, word, maupun aplikasi bawaan playstore. Saya sendiri labih familiar menggunakan power poin. Aplikasi bawaan microsoft ini sangat sederhana dan dapat dikonversi ke banyak ekstensi lainnya. Membuat flyer hanya diperlukan kemauan dan untuk hasil yang memuaskan diperlukan kreasi dari masing-masing personal.

Flyer adalah media untuk memberikan informasi seputar program apa saja yang akan kita bagikan kepada khalayak maupun dalam kalangan terbatas. Flyer dibuat semenarik mungkin untuk menarik minat orang banyak agar tertarik terhadap program yang akan kita laksanakan.

Membuat Daftar Hadir Online

Daftar hadir diperlukan sebagai bukti akan kehadiran suatu kegiatan. Dalam hal ini, materi yang saya terima dari para tutor membuat daftar hadir online melalui aplikasi google zoho. Meski mungkin ada aplikasi daftar hadir online yang lain, tetapi aplikasi zoho lebih sederhana dan aplikatif.

Pengalaman saya dalam pembuatan daftar hadir online ini terjadi masalah yang tidak dapat diakses oleh peserta kegiatan. Alhamdulillah, dengan bimbingan para mentor serta teman-teman peserta yang lain akhirnya saya mampu membuat Daftar Hadir di aplikasi zoho. Pengalaman ini mengingatkan saya pada sebuah pepatah "Membuat Daftar Hadir Online tidak segampang membalik telapak tangan dan tidak sesulit mengeringkan lautan."

Membuat Presentasi

Salah satu hal yang membuat saya termotivasi dalam kegiatan VCT ini adalah adanya program membuat presentasi. Saya merasa senang dan sangat tergugah untuk pembuatan presentasi karena saya pernah belajar membuat presentasi melalui aplikasi Power Point. Perasaan saya pembuatan ini tidak terlalu sulit meski pada kenyataannya saya harus berdaya upaya untuk menyelesaikan tugas.

Membuat Presentasi tanpa batasan materi pun tanpa batasan banyaknya jumlah halaman merupakan suatu karya luar biasa untuk kebebasan berkreatifitas. Meski pada akhirnya, semudah apapun sebuah tugas tidak akan pernah purna selesai jika tidak ada komitmen dari diri kita sendiri.

Merekam Kegiatan

Recording pelaksanaan kegiatan presentasi merupakan hal sangat anyar bagi saya. Dalam hal ini saya sempat merasa deg-degan sekaligus panas dingin karena khawatir tidak sukses. Tetapi dengan persiapan dan perencanaan yang matang, serta bimbingan dan arahan dari para mentor, pun juga bantuan semangat dari teman-teman peserta akhirnya saya mampu menyelesaikan tugas dengan baik.

Meskipun recording merupakan hal yang baru, pengalaman merekam juga sangat minim, dengan semangat, komitmen, dan itikat yang positif perekaman kegiatan dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Sempurna? Tentu masih banyak kekurangan baik dalam hal kualitas audio maupun kualitas video. Tentu, dengan terus belajar dan berusaha, Insya Allah, kita akan sampai pada kesempurnaan ikhtiar. Kesempurnaan yang maha hanya milik Allah swt.

Mengoperasikan Aplikasi Webex

Begitu pun dengan maintenance aplikasi webex.  Aplikasi ini merupakan hal yang sangat asing bagi saya sebelum "terjerumus" dalam pelatihan VTC ini. Oleh karena ini, di awal-awal pelaksanaan, saya seringkali menemukan masalah dan kesulitan. Seiring berjalannya kegiatan, bimbingan dari para mentor, serta dukungan dari teman-teman segala hal berkenaan dengan aplikasi webex akhirnya dapat diatasi.

Webex merupakan aplikasi virtual communication yang dapat mendekatkan jarak yang jauh (seluruh dunia) untuk bertatap muka secara face to face melalui jaringan internet.

Demikian pengamalan saya di dalam kegiatan VCT Jatim 79.5. Ucapan terima kasih kepada seluruh mentor atas bimbingan dan dedikasinya. Juga kepada teman sejawat yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga saya sampai pada titik akhir pelaksanaan.

Saya berharap semoga ilmu dalam kegiatan VCT ini dapat bermanfaat baik kepada diri saya sendiri maupun kepada orang-orang yang ada di sekitar saya. Sehingga pengetahuan yang saya dapatkan menjadi bekal positif baik di dunia maupun di akhirat. Aamiin ya Robb!

Sumenep, 11 Juli 2019

Saturday, January 13, 2018

SEPENGGAL EPISODE

Raisa gadis yang cantik, cerdas, dan ramah. Matanya teduh berbulu lentik. Berwajah oval, sebaris bibirnya yang manis berhias senyum. Anggun perawakannya, menyiratkan laksa pesona kemilau pelangi. Sesiapa yang memandangnya, akan berbilur pesona taresna karenanya. 

Aku, dengan segala yang ada, meretas puing-puing rindu di telaga hati yang paling dalam. Dengan wajah gelimis, membentuk raut yang biasa. Hanya memburai debu-debu jalanan, di balik suci cinta yang aku karamkan di hati Raisa. Begitulah! Cinta bermula rindu, dan desah seruling asmara pun bertaut puja, berkalang puji. 

"Aku mencintaimu, Raisa," kataku di saat senja berlabuh. Raisa diam. Berpaling pada raut senja yang mewarna jingga. Ada rasa sesak di dadaku. Entahlah! Raisa mungkin tidak mencintaiku. Aku harus memahami, siapa aku sebenarnya. Wajah awam dan harta pun tak ada. Maka, Raisa tidak mungkin memilihku sebagai kekasih, pangeran, dengan keistimewaan yang mewarna. Tetapi, biarlah, cinta ini berlabuh di dermaga tak berair, tanpa riak gelombang. Aku terhempas di lembah luka, nestapa.
*** 

Waktu menabuh perjalanan. Detak detik pun berlalu bersama garis-garis nasib sang insan. Akhirnya, labuh cintaku berhilir di hati Anna. Dialah tempatku berkeluh kesah. Menumpahkan sisa cinta yang tercampakkan. Dan Anna, menerimaku dengan segala adanya. Cinta pun berpeluk rindu, berkubang asmara. Begitu pun dengan Raisa. Wajahnya yang cantik tidak sulit untuk memperoleh pendamping hidup. Raffi, adalah tempat ia berlabuh. Dengan kemewahan harta yang melimpah. Semula, semua berjalan dengan harap dan asa. Namun, seiring sang waktu, Raffi yang termasuk play boy kelas jet-set, kembali pada gejolak tak puas hanya dengan satu wanita. Raisa pun tersisih, terbuang, dan bahkan tercampakkan. 

"Mau ke mana lagi, Mas?" Malam itu Raisa berkata pada Raffi yang berbaju necis, memasuki mobil avanzanya.
"Urusanku!" Ketus, acuh, Raffi  menjawab tanpa menoleh.
 Dada Raisa bagai dihantam berjuta peluru kendali. Hatinya miris, teriris sakit. Air mata membuncah, jatuh di pipinya yang halus dan cantik. Sesal pun terkuak dari hatinya yang terdalam. 

"Inikah balasan dari salah pilih?" Raisa paham, bagaimana sakitnya hatiku saat ditolak cinta. Bukan! Bukan hanya penolakan, tapi lebih dari itu, sebuah penghinaan. Aku dilecehkan. Aku dihinakan. Hanya karena aku bukan orang berharta. Tentu aku sakit hati. Tapi, begitulah kehidupan. Rencana Tuhan, jauh lebih lebih indah dari yang kita perkirakan. 
"Hanya karena aku miskin?"
"Tentu!"
"Tidakkah harta itu hanya titipan?"
"Itu menurutmu. Menurutku, harta itu yang akan membuatku bahagia!"
"Subhanallah," aku mengelus dada. Sakit!
*** 

Aku bahagia dengan keadaanku saat ini. Meski episode cinta pertamaku adalah Raisa. Tapi, Tuhan memberikan jalan lain untukku. Anna adalah yang terakhir, meski bukan yang pertama. 

"Mas, ada tamu di luar," Anna, istriku berkata pagi itu.
"Siapa?" Jawabku.
"Entah! Coba saja lihat di luar." Jawab istriku. Aku letakkan majalah sastra yang tengah kubaca. Kemudian aku melangkah ke luar. Betapa aku terkejut, ternyata di luar Raisa berdiri dengan raut kesedihan. 
"Kok ada di sini?" Aku bertanya heran padanya. Ia hanya menunduk. Raut wajahnya semakin buram, muram. Ada laksa kepedihan yang ia tahankan. 
"Mas, suruh masuk saja!" Istriku berkata dari dalam. Aku pun mengajak Raisa masuk. Ada rasa enggan pada mulanya. Tapi, setelah dipaksa, akhirnya ia pun mau. 
"Apa yang terjadi dengan dirimu, Raisa?" Di ruang tamu kami berbincang. Raisa terlihat begitu sedih. Dari kelopak matanya yang lentik, air mata membasahi pipi. Masih kelihatan sisa-sisa kecantikannya. Tentu, rasa itu, yang dulu pernah hadir di kelopak hatiku, masih terus membayang. Menampilkan diorama kisah cinta yang lalu terkikis oleh bingkai zaman. 
"Anna adalah bagian dari jiwaku," aku mencoba menenangkan pikirku dengan realitas hidup. 

Kemudian Raisa bertutur. Menceritakan kisahnya yang pilu. Hidup dengan Raffi adalah neraka. Tidak ada keharmonisan. Semua berakhir dengan derai air mata. Ia tercampakkan. Hatinya lebur, hancur oleh ulah suaminya. Kata-kata kotor begitu mudahnya terlontar. Pukulan dan tamparan begitu saja melayang. Begini salah, begitu salah. Tidak ada sejumput harmonis yang bisa ia dapatkan dari pernikahan itu. Raisa menyesal. Menangis di dalam pelukan Anna yang mencoba menenangkannya. Aku galau, di antara persimpangan pikiran yang tak bertuju. 

Entahlah! Aku menatap langit-langit rumahku. Siluet diorama masa lalu terbayang di benakku. Saat aku terdampar, terkapar oleh jalinan cinta yang terbakar. Sementara, di depanku kini, pelakon drama kehidupan cinta itu ada. Mengisahkan segala kemelut keadaan cintanya. Menceritakan penyesalannya. Dengan derai air mata yang terus tertumpah. Aku mengelus dadaku. Begitu sakit, bergetar amarah yang meluap. 

"Tak perlu Kau kasihani!"
"Maafkanlah! Ia telah menyesal dengan perbuatannya."
"Jangan! Ia perempuan yang telah mencampakkanmu!"
"Tidak! Memaafkan itu jauh lebih utama!" 

Begitulah! Keadaan menghentak hatiku. Dadaku bergoncang. Antara marah dan rasa kasihan. Aku berada di persimpangan. Ragu menghantam hatiku. 

"Tuhan! Apa yang harus aku lakukan?"
*** 

Anna adalah yang terakhir bagiku. Dialah matahariku, mutiara yang selalu merbakkan bunga-bunga cinta. Aku mencintainya. Sungguh, aku adalah jiwanya. Dan dia adalah bagian dari jiwaku. Apa pun yang terjadi, Anna adalah sepenggal napas yang selalu kuhela dalam setiap tarikan detak jantungku. 

"Mas, sudah sekian lamanya kita menikah," kata Anna suatu hari.
"Ya, kenapa?" Jawabku acuh tak acuh.
"Tapi,...kita belum dikaruniai si buah hati."
"Tuhan belum berkenan."
"Aku khawatir, Mas!"
"Sabar, dan terus berdoa!" 

Memang benar. Sampai detik ini aku belum dikaruniai si buah hati. Seorang anak yang akan menjadi pelipur duka. Menjadikan suasana indah bersama celoteh nakal anakku. Itu semua hanya sebuah fatamorgana. Hayalan-hayalan yang terus saja membayang. Menghantam relung hatiku. Meski aku tidak pernah putus pengharapan, karena setiap aku dan istriku memeriksakan diri ke dokter, ia menjelaskan bahwa aku dan Anna, istriku, sehat-sehat saja. Hanya saja, Allah swt belum berkenan memberinya. 

"Aku rela,... Mas menikah lagi," senja ini Anna berkata sambil merebahkan wajahnya di bahu kiriku. Aku tersentak, kaget. Tidak percaya dengan apa yang ia katakan.
"Makdud kamu, An?"
"Raisa mencintaimu dengan sepenuh jiwa." Aku semakin terkejut.
"Tidak!" Kataku tegas. "Aku tidak ingin terluka untuk kedua kali. Dan Engkau tahu itu!" Aku tidak mengerti, mengapa tiba-tiba Anna berbicara begitu. Tentang Raisa, orang yang tidak ingin aku ingat lagi namanya. Tapi ini Anna yang memulai. Istriku yang sudah menjadi bagian dari darah dan dagingku. Aku tidak ingin menyakiti hatinya sedikit pun. Anna telah menyembuhkan luka dalam, di relung hatiku. "Tolong, jangan katakan itu lagi," aku memandang Anna. Di telaga matanya ada bulir air mata. Aku percaya, cinta Anna padaku tak akan pernah surut. Sampai kapan pun. Anna tersenyum. Teduh wajah itu berhias bibir takwa. Sebening biru langit di senja itu. Kemudian ia bertutur. Bahwa Rasul pernah bersabda;

"Cintailah seseorang itu secara biasa-biasa saja, karena bisa jadi orang kamu cinta menjadi orang yang kamu benci. Dan bencilah terhadap seseorang itu secara biasa-biasa saja, sebab bisa jadi orang kamu benci menjadi orang yang kamu cintai." 

Mengapa harus Raisa? Tak adakah wanita lain dari dia? Meski harus kuakui bahwa di balik benci tersimpan cinta, di balik marah ada rindu. Tapi, waktu telah mengikis segalanya. Aku telah berusaha tuk melupakannya. Dan itu bisa dengan datangnya cinta Anna. Oh, betapa sebuah si malakama. Ketika Anna, dengan mahkota cinta suci, menawarkan sebentuk cinta lama. Elegi kasih yang tumpah di alam mayapada. Aku gugu dalam mangu yang sunyi, sepi. 

"Sungguh! Aku ingin Raisa menjadi bagian dari kisah hidup kita." Anna kembali berucap tentang Raisa. Aku tidak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi antara keduanya. Adakah konspirasi rahasia? Mungkinkah tersirat ikatan janji? Aku masih percaya Anna, sebagaimana ia tidak mungkin berbuat tidak baik terhadapku. Sekian lamanya aku berumah tangga dengannya, pastinya kami sudah paham luar-dalamnya hati kami masing-masing. 
"An, sebegitu pentingkah Raisa dalam hidupmu?"
*** 

Raisa terbaring tidak berdaya di ruang ini. Sebuah Rumah Sakit paling baik di kotaku. Bau obat-obatan khas menyeruak di rongga hidungku. Semula aku menolak diajak Anna untuk menjenguk Raisa. Rasanya sudah tidak perlu lagi. Tapi, Anna begitu merajuk. Ada semacam ikatan batin yang teramat kuat di antara mereka. Aku pun meloloskannya. Kupandangi tubuh Raisa yang tak berdaya. Selang infus menembus lengan kirinya. Tetes-tetes air itu kulihat satu-satu jatuh dari dalam tabung. Mengalir ke tubuh Raisah yang terlihat kurus. Kupandangi matanya, terpejam. Lentik bulu matanya masih terlihat. Bibirnya yang pucat, seakan menerbitkan senyum. Cepat-cepat aku berpaling. Sedikit demi sedikit mata Raisa terbuka. Air mata mengalir di pelupuk matanya. Anna dengan cekatan mengambil tissu dan membersihkannya. Raisa tersenyum. 

"Terima kasih An! Kau mau datang," bisik Raisa hampir tak terdengar.
"Aku datang bersama Mas ***r. Kau harus cepat sembuh!"
"Benarkah?" Sinar matanya berbinar. Wajahnya terlihat cerah. Ada gumpal bahagia karenanya.
"Benar, Raisa!"
"Maafkan aku, An!"
"Tidak ada yang perlu dimaafkan!"
"Aku telah merepotkanmu!"
"Tidak! Aku tidak merasa repot."
"Tak ada duanya, hati yang setulus hatimu, An!"
"Lupakan saja!" 

Kemudian Anna menarik tanganku. Dipertemukannya tanganku dengan tangan Raisa. Aku menurut saja. Meski ini di luar mauku. Agama pun melarangnya. Tapi, kuanggap ini sebuah mudharat. Aku menggenggam tangan Raisa erat. Seakan kualirkan energi positif kepadanya. Kulihat mata Raisa kembali mengembang. Air mata mengalir deras. 

"Maafkan aku, Mas!" Aku tidak menjawab. Tepatnya, tidak mampu menjawab. Air mataku tumpah. Bagaimana pun, Raisa pernah ada dalam hidupku. Cinta Raisa pernah bersemayam di relung hatiku. Ia pernah mewarnai bilik hatiku dengan cinta. Sepenggal episode yang ia campakkan karena mengira cinta itu terdapat pada harta. Dunia telah menipunya. Tiba-tiba pegangan tangan Raisa lepas. Matanya terpejam. Sekuntum senyum terpaku di bibir indahnya. 
"Tidaaa....k," Anna menjerit sejadi-jadinya. Aku mendesah, "Innalillah wainna ilaihi roji'un." Para awak medis terburu-buru datang. Mereka berusaha merebut nyawa Raisa dari takdir. Bergumul dengan Malaikat Maut. Berupaya mengembalikan napas Raisa yang tersendat. Aku masih sempat melihat, senyum Raisa yang ranum. Dan lirik sinar matanya yang teduh ranau. 

"Adakah aku jatuh cinta lagi?"
***
x

Wednesday, January 3, 2018

Wiro Sableng #69 : Ki Ageng Tunggul Keparat

Wiro Sableng #69 :  Ki Ageng Tunggul Keparat Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1WIRO SABLENG

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Karya: Bastian Tito

Ep : KI AGENG TUNGGUL KEPARAT

LAKSANA terbang kuda coklat berlari kencang di bawah panas teriknya matahari. Dalam waktu yang singkat bersama penunggangnya dia sudah sampai di kaki bukit untuk selanjutnya lari terus memasuki lembah subur yang terhampar di kaki bukit. Si penunggang kuda mendongak ke langit. Matahari dilihatnya tepat di ubunubun kepalanya. Parasnya kontan berubah.
"Celaka!" keluhnya dalam hati. "Celaka! Aku hanya punya waktu dua belas jam lagi! Kalau apa yang kucari tak dapat kutemui mampuslah aku!" Dia memandang lagi ke matahari di atasnya lalu menyentakkan tali kekang agar kuda tunggangannya lari lebih cepat.

Orang itu berpakaian biru gelap. Kulitnya yang hitam liat menjadi lebih hitam karena warna pakaiannya itu. Dibawah blangkon yang menutupi kepalanya, wajahnya tidak sedap untuk dipandang kalau tak mau dikatakan mengerikan.

Pada pipinya sebelah kiri mulai dari ujung bibir sampai ke tepi mata terdapat parut bekas luka yang lebar. Cacat ini membuat dagi
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #69 : Ki Ageng Tunggul Keparat Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Wednesday, December 27, 2017

Nilai Kehidupan

Nilai Kehidupan Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kemba
... baca selengkapnya di Nilai Kehidupan Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Wednesday, December 13, 2017

Guci Cantik

Guci Cantik Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Pada suatu hari sepasang suami istri yang baru menikah, berbulan madu di Cina. Saat berjalan-jalan di sebuah galeri seni, mereka menemukan sebuah guci yang indah sekali. Mereka melihat harga yang tercantum di label guci itu, tertulis angka 40.000 USD !

?Sangat mahal? kata si istri.

?Ya, tentu !? tiba-tiba pelayan galeri itu berkata, ?Guci ini dibuat sekitar 400 tahun lalu, sangat klasik, tetapi tetap indah dan utuh, karena ia dibuat oleh seorang maestro seni yang luar biasa, pembuatnya adalah seniman sejati, guci yang dibuatnya selalu berkualitas tinggi dan bernilai seni tinggi, sekalipun sudah berusia ratusan tahun.

?Tak disangka, guci itu tiba-tiba berkata.

?Tak tahukah kalian bahwa aku sebenarnya hanya seonggok tanah liat bau yang tak berguna??

Orang-orang itu hanya melongo,

?Saat itu tuanku menemukan aku, memukul-mukulkan aku pada sebuah papan, hingga pasir dan kerikil dalam tubuhku keluar semua.. sakit sekali rasanya?

Sang guci melanjutkan ceritanya.

?Tidak hanya itu, selanjutnya ia menaruhku di atas batu yang berputar; dan dengan segera dia memutar-mutar dan mulai mengikis dan membentuk tubuhku. Aku tidak tahan.. pusing.. tolo
... baca selengkapnya di Guci Cantik Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Sunday, December 10, 2017

Wiro Sableng #152 : Petaka Patung Kamasutra

Wiro Sableng #152 : Petaka Patung Kamasutra Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1WIRO SABLENG

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Karya: Bastian Tito

Episode : PETAKA PATUNG KAMASUTRA

GURUN Pasir Thar di barat laut India. Matahari bersinar terik membakar bumt. Tiupan angin bukan mendatangkan kesejukan malah menebar hawa panas. Lautan pasir seolah berubah menjadi bubuk bara api. Namun aneh dan sangat luar biasa dalam keadaan seperti itu seorang tua berselempang kain putih berlari di gurun pasir tanpa alas kaki sama sekali Rambut dan janggut putih panjang melambai-lambai ke belakang. Di tangan kanan dia memegang sebuah tongkat besar berbalut emas yang ujung sebelah atas berbentuk bulat dihias batu permata berbagai warna. Saking cepatnya dia berlari tubuhnya hanya kellhatan berupa bayangan putih dan tongkat di tangan kanan membentuk cahaya kuning. Di satu tempat cahaya putih dan kuning sirna, sosok si orang tua laksana lenyap ditelan bumi. Tak selang berapa lama dia sudah berada di dalam satu lorong panjang di perut gurun.

Orang tua itu baru berhenti berlari setelah dia sampal di hadapan satu tembok batu berwarna hitam pekat yang menutupi lorong di bawah gurun. Setela
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #152 : Petaka Patung Kamasutra Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Saturday, December 9, 2017

Satirung Peseg

Satirung Peseg Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

“emakkk… huhuhu”, irung yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu berlari menghampiri emak di dapur. Ia memeluk emak yang sedang mengulek bumbu.
“ada apa toh nduk. Kok kamu nangis lagi”, tanya emak santai dan masih mengulek bumbu di dapur.
“emak, aku dihina lagi”, eluh irung. Ia menangis. Emak berhenti mengulek. Ia membalikkan badan.
“sudahlah nduk… ndak usah dipikirin. Lagian nanti mereka juga bosen-bosen sendiri. Kamu tutup kuping aja. Pura-pura ndak tahu”, emak membelai lembut rambut irung yang mengembang dan kriting itu.
“ahhh… Mereka nggak akan bosen hina irung. Buktinya, dari awal mos sampai saat ini, irung masih saja tetap jadi bahan tertawaan. Irung benci sama mereka. Irung benci nama irung. Irung pengen ganti nama. Irung benci mata belok irung. Irung benci rambut ini. Irung benci warna kulit irung yang persis seperti orang habis nyelam di lumpur. Pokoknya irung benci sama diri irung. Emak, emak kenapa sih dulu ngasih irung nama jelek kayak gini. Ini itu beban buat irung”, eluh irung di sela-sela isak tangisnya. Sesaat emak terdiam.
“terus kamu maunya gimana toh nduk”, emak menghela napas besar.
“irung mau ganti nama pokoknya. Irung nggak
... baca selengkapnya di Satirung Peseg Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1